Jumat, 08 April 2016

PENTINGNYA MENULIS DAN RISET DIKALANGAN MAHASISWA SERTA DOSEN



PENTINGNYA MENULIS DAN RISET DIKALANGAN MAHASISWA SERTA DOSEN
Muh. Firyal Akbar,S.IP.,M.Si
Perkembagan Perguruan Tinggi, baik itu Sekolah Tinggi, Institusi maupun Universitas ditandai dengan beberapa parameter yang menjadi keberhasilan dari kampus tersebut, seperti bidang akademik, infrastruktur dan sumber daya manusi termasuk para Dosen serta beberapa hal yang menjadi kebanggaan kampus-kampus yang ada. Tri Dharma Perguruan Tinggi menjadi indikator-indikator paling penting untuk menilai keberhasilan itu, seperti bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian. Dari beberapa indikator yang ada, bidang penelitian menjadi indikator penting bagi institusi/kampus dalam meningkatkan kualitasnya. Posisi bidang penelitian menjadi penting karena selain menjadi kewajiban bagi setiap Perguruan Tinggi juga menjadi bagian penting untuk para mahasiswa maupun para Dosen yang ada Perguruan Tinggi tersebut. Hal lain adalah dengan banyaknya tulisan maupun riset-riset yang ada, akan memudahkan kampus/institusi untuk memperoleh “pengakuan” berupa Akreditasi yang baik yang diidamkan oleh semua kampus/institusi. Banyaknya tulisan maupun riset/penelitian yang berkualitas baik itu dilakukan oleh mahasiswa maupun para Dosen menandakan keberhasilan dari institusi/kampus dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kenyataan yang muncul kemudian adalah masih banyak Perguruan Tinggi khususnya yang masih baru baik itu berstatus Negeri maupun Swasta  yang belum antusias dalam hal ini, menulis dan melakukan riset masih belum menjadi hal menarik di kalangan para mahasiswa maupun para Dosen sehingga hal ini pula yang membawa perkembangan kampus khususnya dalam implementasi kegiatan meneliti menjadi kurang maksimal. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Menristekdikti, M.Natsir dalam kesempatannya pada Raker LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) 2 maret 2016, dimana beliau mengungkapkan dari keseluruhan Dosen di Indonesia baru 12-14% yang sudah melakukan penelitian. Selanjutnya menurut beliau produksi jurnal ilmiah di Indonesia juga masih minim, dimana tahun lalu hanya sekitar 4.500-5.500 jurnal yang dihasilkan akademisi dan peneliti di tanah air. Padahal, indikator kemajuan Perguruan Tinggi saat ini adalah seberapa sering dan seberapa banyak kegiatan penelitian/riset yang ada pada kampus,institusi maupun universitas yang ada di Indonesia, sehingga banyak kampus dari sisi kuantitas sumber daya manusia yang memadai ditambah dengan fasilitas dan hal-hal penunjang lain di kampus yang dianggap sudah memenuhi standar penilaian masih belum bisa mendapatkan Akreditasi yang baik dikarenakan kurangnya penelitian yang ada pada Perguruan Tinggi tersebut. Keberadaan Lembaga Penelitian yang ada di beberapa Perguruan Tinggi yang ada seakan kurang maksimal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya karena kurangnya minat menulis dan melakukan riset di kalangan para akademisi, padahal saat ini penilaian paling mendasar untuk ReAkreditasi sebuah kampus ialah dengan melihat riset-riset maupun jurnal-jurnal yang telah dilaksanakan dan diterbitkan oleh Perguruan Tinggi tersebut. Direktorat Pendidikan Tinggi maupun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia telah membuka akses yang sebesar-besarnya dan seluas-luasnya bagi para mahasiswa maupun Dosen melalui program-programnya baik itu dalam hal penelitian-penelitian atau riset-riset dengan dana yang cukup banyak maupun jurnal-jurnal yang tersedia namun belum bisa membangkitkan semangat para mahasiswa dan juga para Dosen untuk melakukan kegiatan riset ini. Tentunya hal ini sangat disayangkan karena melakukan penelitian/riset begitu besar manfaatnya baik itu untuk Perguruan Tinggi maupun bagi para peneliti sendiri.
Gambaran tersebut kemudian menjadi salah satu “Pekerjaan Rumah” bagi Perguruan Tinggi khususnya yang keberadaannya masih baru maupun Lembaga Penelitian yang ada dalam Kampus tersebut untuk bagaimana memberikan stimulant/rangsangan bagi para mahasiswa maupun para Akademisi untuk bagaimana mulai untuk melakukan riset/penelitian untuk pengembangan Perguruan Tinggi ke depannya. Hal klasik yang terjadi adalah kurang berminatnya para mahasiswa serta Dosen untuk melakukan kegiatan tersebut, sehingga itulah kemudian yang menjadi masalah dasar dalam melakukan kegiatan riset ini, hal lain adalah pola fikir sebagian mahasiswa maupun akademisi ketika akan melakukan riset terbentur masalah pendanaan apalagi jika misalnya riset/penelitian yang akan dilakukan sifatnya mandiri, sehingga fenomena ini menjadi hal yang harus kita hilangkan karena jika kebiasaan dan fikiran tersebut masih mendominasi niscaya riste/penelitian tersebut tidak akan terlaksana. Hanya sebagian kecil saja saat ini mahasiswa dan para Dosen yang mau melakukan riset di Perguruan Tingginya masing-masing yang kenyataannya itu tidak cukup untuk membantu Perguruan Tinggi untuk meraih atau meperoleh nilai maksimal dalam Akreditasi, selain itu minimnya mahasiswa dan para Dosen melakukan kegiatan riset ini juga berdampak pada keberadaan artikel dan jurnal-jurnal ilmiah yang ada di Perguruan Tinggi, padahal jika bercermin pada sebagian Perguruan Tinggi yang sudah maju dan mendapatkan nilai Akreditasi yang baik, beberapa diantaranya bisa mendapatkan hal tersebut karena banyaknya penelitian-penelitian yang kemudian dijurnalkan baik secara Nasional maupun Internasional. Dengan melihat gambaran tersebut sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk segera membagkitkan minat untuk banyak menulis maupun melakukan riset baik itu bagi para mahasiswa maupun para akademisi yang ada di Perguruan Tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar